Selasa, 19 Februari 2008

SIASAT PEMBERITAAN

Tim yang solid, sinergi redaksi, pemasaran, iklan dan event organizer. Perkuat brand, dominasi pasar sehingga menjadi trend setter dan price maker. Biarkan pesaing lelah dan bunuh diri. Diferensiasi dan konsistensi kualitas produk atau berita-berita yang disuguhkan kepada pembaca.

PERSAINGAN MASA DEPAN

Persaingan grup: koran Jakarta merambah daerah edisi khusus dan suplemen. Kompetitor modal kuat, SDM handal dan strategi pemasaran yang jitu.
Media Online & Koran Digital : Waktu membaca makin singkat, televisi dan internet, komunitas blogger, media online, fasilitas hot spot, koran online dan koran offline.
Fenomena Koran Gratis : andalkan iklan, efisiensi biaya produksi dan ongkos cetak.

APA YANG HARUS DILAKUKAN

Kualitas. Redaksi tidak boleh arogan dan kena penyakit megalomania.
Kompetitor memperbesar pasar. Perlu koran kedua (fighting brand) dan diferensiasi.
Selalu di depan (one step a head) Lakukan sesuatu yang istimewa. Dept news dan investigasi, foto yang bicara.

Solid dan kompak.

Redpel harus tegakkan disiplin, membina redaktur, perencanaan berita, lay-out dan perwajahan.

Manajemen Keredaksian

Wajah Media Cermin Manajemen Redaksi

Redaksi perlu tata kelola demi mencapai hasil yang maksimal dan efektif.
Redaksi yang dikelola dengan baik menghasilkan produk yang berkualitas, standar terjaga, serta tanggap perkembangan.
Wujudnya berupa sajian berita yang tepat sasaran dan menarik pembaca, baik secara isi maupun penampilan.
Manajemen Struktural

Mengefektifkan fungsi masing-masing struktur dalam redaksi, yakni pemimpin redaksi, redaktur pelaksana, koordinator liputan, redaktur senior, redaktur, asisten redaktur, dan wartawan. Juga memanfaatkan secara maksimal fungsi supporting redaksi, seperti artis grafis, layout person, dan copy editor. Memanfaatkan potensi besar pasokan berita dan foto dari JPNN.

Setia Fungsi Masing-Masing


Pemimpin redaksi mengarahkan policy pemberitaan, menjaga kualitas dan standar, serta memanajemeni waktu (deadline).
Redaktur pelaksana menerjemahkan policy besar redaksi ke dalam kebijakan masing-masing kompartemen, memberi ide segar, serta menjaga standar kualitas.
Di Jawa Pos, redaktur pelaksana ada enam orang yang kurang lebih disertai sebagai supervisor kompartemen halaman. Fuad Ariyanto menyupervisi Metropolis, Leak Koestiya menyupervisi bidang perwajahan, Taufik Lamade halaman nasional dan olah raga, Tofan Mahdi untuk berita ekbis, Kurniawan Muhammad menyupervisi halaman Jatim, dan Iman Syafi’i mengelola biro Jakarta.


Setia Fungsi Masing-Masing (2)

Koordinator liputan menjamin berfungsinya semua lini redaksi untuk menghasilkan produk yang berkualitas. Di Jawa Pos, KL berfungsi merekomendasi serta mengadministrasi penugasan wartawan dalam liputan besar (misal, ke luar negeri), juga rekrutmen. KL juga berdialog dengan jajaran pemasok berita JP, yakni Radar dan grup.
Redaktur menerjemahkan policy keredaksian di masing-masing halaman yang dipegangnya berdialog intensif dengan wartawan di lapangan.
Wartawan bertugas mengumpulkan data selengkap-lengkapnya untuk pemberitaan, serta menjaga koordinasi dengan redaktur. Wartawan selalu dianjurkan melaporkan peristiwa besar kepada redaktur saat masih di lapangan, sehingga bisa berita bisa dikembangkan oleh wartawan lain.

Rapat Itu Penting

Proses produksi berita bisa dimulai kontak personal antara redaktur dan wartawan atau antar-redaktur untuk mengelola berita. Meski begitu, rapat bersama tetap penting. Sebagai tempat berbagi ide, rapat juga bisa menjadi “otak” perencanaan. Yang tak kalah penting, rapat juga berfungsi mengontrol kualitas koran. Termasuk di sini, apabila ada indikasi berita yang menyimpang atau menyalahi etik dan hukum.

Semua Halaman Penting

Setiap halaman adalah penting dan harus digarap dengan kreatif dan semenarik mungkin.
Mutasi ke halaman lain harus dibiasakan dan tour of duty biasa.
Halaman etalase atau halaman dalam harus sama-sama kelas A.

Siang Rapat, Sore Rapat

Di Jawa Pos, rapat diadakan dua kali. Yakni, jam 11.00 siang oleh para redaktur kompartemen dan desk secara bergiliran. Yang kedua, juga oleh wakil redaktur tiap kompartemen dan desk, pukul 17.00 untuk bujeting berita, mengarahkan pemberitaan, atau koordinasi pemuatan.



Awas Salah Berantai!

Rapat memelototi detil koran, termasuk penempatan tanda baca. Mendiskusikan ide-ide pemberitaan, termasuk pengembangan peristiwa. Rapat menjaga, agar para redaktur terus waspada terhadap kemungkinan pemberitaan yang salah. Karena, berita yang salah bisa-bisa sudah diduplikasi di media-media Jawa Pos Group. Untuk meralat secara masal, rasanya, sulit. Jawa Pos akan menerapkan kode redaktur juga dicantumkan di akhir berita, setelah kode wartawan, untuk mempertegas tanggung jawab.

Software untuk Cek Berita

Untuk mempersempit kesalahan, Redaksi JP segera menerapkan software berupa check list tuk mengecek pemberitaan. Isinya berupa pertanyaan kepada wartawan, redaktur, dan copy editor. Sebelum mereka mengklik ’’ya’’ dalam check list itu, berita belum bisa dikirim.
Pertanyaan Software Check List

1. Pertanyaan untuk wartawan:
Apakah berita yang Anda tulis sudah:
Lengkap dan akurat?
Terkonfirmasi dan berimbang?
Dibaca ulang?

2. Pertanyaan untuk redaktur:
Apakah berita yang Anda edit sudah:
Layak, lengkap, dan akurat?
Terkonfirmasi dan berimbang?
Memperhitungkan etik dan risiko hukum?

3. Pertanyaan untuk copy editor:
Apakah berita yang Anda edit sudah:
Tak ada salah tulis?
Tidak ada salah eja, termasuk istilah asing?
Benar dan logis secara struktur kalimat?

Mematuhi Etik Demi Kita Sendiri

Banyak diskusi serius yang pernah dilakukan di Jawa Pos dalam rapat tentang etik, misalnya: Soal cover both sides (apakah harus sama porsinya). Penulisan nama tersangka (siapa yang layak dinisial dan tidak) Bagaimana pemuatan foto anak-anak yang terjebak dalam peristiwa buruk (orang tuanya penjahat, hasil hubungan gelap, hasil pemerkosaan), misal kasus anak-anak TKI. Teknik memberitakan tersangka ditembak polisi (yakinkah polisi bisa menembak tepat saat tersangka lari?). Tradisi menulis “Orde Baru” yang masih tersisa, misal Kapolsek mendampingi Kapolres (padahal tidak).


Penilaian dalam Rapat

Rapat berfungsi sebagai penularan antar-redaktur, agar kemampuan mereka makin standar. Rapat juga berfungsi sebagai penilaian dan evaluasi halaman. Lebih nyaman menilai diri sendiri daripada dinilai oleh atasan.
Penilaian menjadi dasar tunjangan profesi (TP) dan penilaian prestasi tahunan. Kehadiran dalam rapat termasuk menjadi komponen penilaian TP, karena bisa menjadi indikator kepedulian pada produk.

Bila Berita Bermasalah

Redaktur atau wartawan akan berusaha sedapat mungkin persoalan pengaduan, protes, somasi, atau ancaman gugatan dengan cara berdialog langsung dengan orang yang bersangkutan. Bila tidak menemui titik temu akan dibicarakan dengan ombudsman untuk diteliti. Contoh, kasus Rizal. Laporan polisi atau pengadilan sedapat mungkin dihindarkan, karena akan merepotkan kedua belah pihak. Kasus Risang dan kasus gugatan M Amin sebagai contoh. Penjatuhan sanksi didasarkan atas rekomendasi ombudsman atau keputusan redaksi.

membuat berita yang beda

Dari Mana Berita Berasal?

1. Kejadian yang berlangsung alamiah (bencana alam,
kecelakaan,pembunuhan, dll)

Kejadian yang tak terencana tak jarang menjadi berita besar. Sebuah kecelakaan kereta api di perlintasan tengah kota, dengan korban puluhan orang, beritanya akan tersebar cepat ke seluruh penjuru kota. Hanya dalam hitungan menit, warga kota sudah mendengar berita itu, baik melalui radio maupun breaking news televisi.

Bagiamana dengan koran yang baru terbit esok hari? Untuk mencari informasi lengkap, tak jarang warga menunggu koran. Agar koran tetap dibaca, maka wartawan harus mencari sisi lain yang tidak ada dilokasi kejadian. Misalnya, mendatangi keluarga korban dan mengorek kisah dari orang-orang dekatnya. Juga mencari tahu tentang kelayakan kereta yang beroperasi itu, dan kereta-kereta sejenisnya.

Begitu pula dengan kejadian pembunuhan. Pada saat kejadian, kebanyakanwartawan hanya terfkus di lokasi kejadian. Padahal mestinya, merekaharus segera bergerak mencari tahu lebih jauh dari sekadar yang ada diTKP. Sekali lagi, orang-orang dekat korban akan sangat membantu dalammemperkaya data.

2. Kegiatan terencana
(rapat, konferensi pers, dll)


Sumber berita yang paling jelas adalah jadwal acara sehari-hari yangterjadi di sebuah kota. Mulai dari rapat pemerintah, rapat DPRD,pembukaan bisnis, komunitas, dan konferensi pers. Daftar acara sepertiitu biasanya bukan otomatis menjadi berita menarik. Tapi, akan lebih baikbila acara semacam itu menjadi titik awal dari sebuah berita menarik.

Wartawan yang sudah bertahun-tahun meliput di sebuah intitusi, akandengan mudah mengembangkan berita dari sebuah rapat dewan atau rapatpejabat. Bahkan dari sebuah jumpa pers, wartawan bisa mengembangkannyalebih jauh dari sekadar yang disampaikan pemilik acara (isi jumpa perspasti hanya hal-hal positif dari pemilik acara).

Pelajaran pertama watawan Jawa Pos, ketika menghadiri jumpa pers,biasanya akan mengikuti apa adanya. Tapi, setelah selesai, merekamemiliki kewajiban mengejar lebih jauh. Pertanyaan-pertanyaan kunciharus disimpan, kemudian ditanyakan sendiri, ketika yang lain sudah pergi.

Kejadian terencana lain, seperti unjuk rasa juga bisa menjadi berita.Tapi, wartawan harus hati-hati dengan kemungkinan dimanfaatkan olehorang-orang yang memiliki agenda di balik aksi itu.

3. Upaya wartawan

Tak ada kejadian bukan berarti tidak ada berita. Inisiatif dan kerja keras wartawan tak jarang justru menghasilkan berita bagus.
Usaha-usaha seperti membuka buku APBD atau dokumen-dokumenpembangunan daerah, akan menghasilkan berita menarik.
Ketelatenan wartawan untuk mendatangi tempat-tempat pelayanan umum (pembuatan KTP, kantor imigrasi, BPN, dll) pasti akan menghasilkan tulisan eksklusif.

Bila sedang tidak ada acara, tidak ada salahnya jika wartawan maukeliling kota untuk menghitung pohon yang mati mengering. Ataumenghitung papan reklame yang tumbuh tak terkendali.

Bagaimana Agar Beda?
1. Menjaga independensi (tidak terkooptasi, tidak berhubungan dengan iklan)
2. Memiliki keberanian dan keinginan kuat untuk membuat berita yang beda(mau capai dan berkeringat)
3. Kaya trik (menyusup, menyamar, melakukan sendiri)
4. Banyak membangun jaringan (penyuplai data tak jarang dari jaringan ini)
5. Memiliki data kuat
6. Visi wartawan dan redaktur harus sama
7. Tahan terhadap tekanan dari luar (cemoohan, ejekan bisa jadi penambahsemangat)
8. Mau keluar uang (sekadarnya)
9. Wartawan dan redaktur membuat perencanaan bersama